Nabi Muhammad shalallahu alaihi wa salam adalah manusia yang paling mulia.Di akhirat kelak, beliau akan mendapatkan banyak karunia dari Allah. Salah satunya beliau dikaruniai sebuah telaga, atau dalam bahasa Arab disebut Al-Haudh. Telaga itu bernama Al-Kautsar.
Telaga Al-Kautsar adalah telaga yang luasnya tak terkira. Bentuknya bujur sangkar, karena memiliki panjang dan lebar yang sama. Berisi air yang sangat manis dan segar, berwarna putih bersih, dan bau yang harum sedap. Dasar telaganya terbuat dari kerikil mutiara, emas dan berbagai batuan mulia. Tumbuhan di sekitarnya sangatlah indah dengan aroma yang harum semerbak. Di sekelilingnya terdapat jutaan gelas-gelas cantik. Jumlahnya sebanyak bintang-bintang di langit.
Telaga Al-Kautsar adalah karunia dari Allah untuk nabi Muhammad. Telaga ini juga diperuntukkan bagi umat Beliau, umat Islam. Orang-orang yang beriman kepada Nabi Muhammad dan selalu taat kepada Allah akan dipersilakan minum air telaga ini. Setiap orang yang meminum air telaga Al-Kautsar, tidak akan merasa kehausan lagi selamanya. Dan setiap kali diminum, air di telaga Al-Kautsar akan bertambah banyak, bukan
berkurang.
Manusia yang pertama minum air telaga ini adalah Nabi Muhammad. Beliau bersabda, "Akulah yang akan minum pertama kali dari telaga ini." (HR. Bukhari)
Orang-orang yang dipersilakan minum adalah umat Nabi Muhammad yang taat kepada Allah :) Mereka adalah orang-orang yang semasa hidup di dunia senantiasa teguh memeluk Islam sampai akhir hayatnya. Mereka juga gemar beramal shalih dan rajin beribadah.
Orang-orang kafir yang tidak beriman kepada Allah tidak akan diizinkan mendekati telaga ini, apalagi meminumnya. Demikian juga orang-orang yang selama di dunia gemar berbuat jahat. Mereka akan dimasukkan ke dalam neraka.
Ada juga orang Islam yang dijauhkan dari telaga ini, meskipun mereka berusaha mendekatinya.Mereka adalah orang-orang yang semasa hidupnya mengaku Islam, tapi tidak mengikuti ajaran Nabi Muhammad. Mereka bahkan memusuhi Nabi Muhammad, seperti orang-orang munafik.
Dikisahkan dalam hadits, Rasulullah bersabda, "Kelak di hari kiamat akan berdatangan orang-orang dari sahabatku (umatku). Tatkala aku sudah mengenali mereka, tiba-tiba mereka bergeser menjauh. Aku memanggil, "Wahai para shahabatku...wahai para shahabatku!"
Allah pun berfirman, "Mereka bukan lagi shahabatmu. Sesungguhnya kamu tidak mengetahui apa yang mereka kerjakan sepeninggalmu."
Ya, sepeninggal Nabi Muhammad, mereka tidak lagi taat kepada ajaran dan petunjuk beliau. Dan orang-orang yang tidak taat akan bernasib sama dengan mereka.
Peristiwa pemberian telaga ini terjadi sebelum amal perbuatan ditimbang, yaitu sebelum manusia masuk surga. Namun begitu, orang-orang yang banyak beramal baik sudah bisa terlihat, dan yang banyak berbuat jahat juga sudah terlihat. Wallahu a'lam bishshawab...
Nah, itulah telaga Al-Kautsar. Kita harus mengimani adanya telaga ini karena Nabi Muhammad telah menceritakannya. Dan semua yang beliau ceritakan adalah benar adanya.
Ya Allah, kami telah beriman kepada-Mu dan kepada nabi-Mu. masukkanlah kami ke dalam surga dan izinkanlah kami meneguk air telaga Al-Kautsar. Aamiin.
sumber: majalah Adzkia edisi 78
Jumat, 16 November 2012
Jumat, 26 Oktober 2012
Pray for Success in Examination
It is the mid of semester and students are in the mood of examinations.
It is a good time to make muhasabah to make sure you are really close to Allah, because only Allah can reward you with good grades based on your efforts. A dua or prayer is part of that efforts, and don’t forget put your tawakkal for Allah after all these efforts.
While the du’a is not exclusive for examinations, it is a sahih hadith reminding us that Allah reward us easiness with hardship (in efforts).
Reported by Anas bin Malik r.a:
Allahumma la sahla illa ma j’altahu sahla, wa Anta taj’al ulhazn idha Shi’ta sahla.
This is said for one whose affairs have become difficult.
al-Albani (As-silsilah Sahihah no 2886) Ibn Hajar al-Asqalani (al-Futuhaat ar-Rabbaniyyah 4/25) Ibn Hibban in ‘Mawrid’ number 2427 and Ibn As-Sunni number 351 (these dua’s are declared as Sahih, by Abdul Qadir Al-Arna’ut, And Allah knows best.
“For indeed, with hardship [will be] ease. Indeed, with hardship [will be] ease.”
It is a good time to make muhasabah to make sure you are really close to Allah, because only Allah can reward you with good grades based on your efforts. A dua or prayer is part of that efforts, and don’t forget put your tawakkal for Allah after all these efforts.
While the du’a is not exclusive for examinations, it is a sahih hadith reminding us that Allah reward us easiness with hardship (in efforts).
Reported by Anas bin Malik r.a:
(( اللهم لا سهل إلا ما جعلت سهلا , وأنت تجعل الحزن إذا شئت سهلا )) .
“Oh Allah, there is no ease except in that which You have made easy, and You make the difficulty, if You wish, easy.”Allahumma la sahla illa ma j’altahu sahla, wa Anta taj’al ulhazn idha Shi’ta sahla.
This is said for one whose affairs have become difficult.
al-Albani (As-silsilah Sahihah no 2886) Ibn Hajar al-Asqalani (al-Futuhaat ar-Rabbaniyyah 4/25) Ibn Hibban in ‘Mawrid’ number 2427 and Ibn As-Sunni number 351 (these dua’s are declared as Sahih, by Abdul Qadir Al-Arna’ut, And Allah knows best.
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا • إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
94:5-6 as-Syarh (The Relief)“For indeed, with hardship [will be] ease. Indeed, with hardship [will be] ease.”
Jumat, 12 Oktober 2012
Mempersiapkan Hewan Qurban yang Halal dan Thayib
Hari
raya Idul Adha tinggal menghitung hari. Tentunya membeli hewan kurban
merupakan kegiatan utama. Bagaimana cara mempersiapkan hewan kurban yang
halal dan thayib? Apa saja yang harus diperhatikan?
Menjelang hari raya Idul Adha banyak hewan qurban telah dijual di berbagai tempat dengan harga yang beragam pula. Seperti yang tercantum di dalam Al Quran, umat muslim diperintahkan untuk senantiasa mengkonsumsi makanan yang sehat dan halal. Sebelum memutuskan untuk berqurban, berbagai hal juga harus diperhatikan mulai dari memilih hewan qurban, proses pemotongan, hingga pembagian dagingnya.
Pertama-tama dalam membeli hewan qurban, pastikan bahwa hewan tersebut dalam keadaan sehat. Bisanya sehat tidaknya hewan dapat dilihat dari bentuk fisik hewan. Hewan yang sakit dapat membahayakan masyarakat yang nantinya menerima daging hewan tersebut.
Penjual yang baik, biasanya memeriksakan kondisi hewan qurban ke dokter hewan dari dinas peternakan. Oleh karena itu pilihlah kambing, domba atau sapi yang sudah melalui pemeriksaan dari dinas peternakan.
Selain itu, selama hewan belum disembelih, hewan harus memperoleh perlakuan yang baik. Seperti diberi tempat yang layak, makanan yang cukup, serta perlakuan lainnya. Pada malam menjelang disembelih, sebaiknya hewan tidak perlu diberi makanan lagi, cukup diberi minum saja. Hewan juga harus dimandikan dengan bersih agar kulit hewan tidak terkena kotoran.
Dalam Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor 12 tahun 2009 tentang Standar Penyembelihan Hewan, menyebutkan bahwa seorang penyembelih hewan harus beragama Islam. Selain itu juga sudah akil baligh, memahami tata cara penyembelihan secara syar'i, serta memiliki keahlian dalam penyembelihan.
Tempat menyembelih hewan harus dibersihkan dari segala macam kotoran. Jika di tanah, berilah plastik terpal, agar pada saat disembelih hewan tetap bersih. Lubang penampung darah dibuat cukup, agar darah tidak tercecer kemana-mana. Darah yang tercecer menyebabkan bau yang tidak sedap sekaligus sebagai tempat perkembangbiakan bakteri berbahaya.
Adapun standar proses penyembelihannya, dilaksanakan dengan niat menyembelih dan menyebut asma Allah. Penyembelihan dilakukan dengan mengalirkan darah melalui pemotongan saluran makanan (mari'/esophagus), saluran pernafasan/tenggorokan (hulqum/trachea), dan dua pembuluh darah (wadajain/vena jugularis dan arteri carotids).
Proses tersebut harus dilakukan dengan satu kali dan secara cepat. Kemudian memastikan adanya aliran darah dan/atau gerakan hewan sebagai tanda hidupnya hewan (hayah mustaqirrah), sehingga matinya hewan diyakini disebabkan oleh penyembelihan tersebut.
Setelah hewan disembelih, sebaiknya digantung. Namun karena peralatan yang digunakan oleh pemotongan perorangan seringkali tidak memadai, hewan sebaiknya diangkat dari tempat penyembelihan dan diletakan pada terpal plastik yang bersih. Semua pekerja harus mencuci kakinya. Jika lokasinya di lantai semen, sepatu atau sandal pekerja harus dicuci.
Selama menguliti hewan, sebaiknya pekerja tidak merokok atau makan, agar daging tidak tercemar. Setelah dikuliti dan dipotong besar-besar pindahkan bagian tubuh tadi ke ruang pembagian daging dengan memindah tanpa pekerja masuk ke dalam ruang ini. Biarlah pekerja khusus yang mengerjakan.
(Sumber: LPPOM MUI)
Menjelang hari raya Idul Adha banyak hewan qurban telah dijual di berbagai tempat dengan harga yang beragam pula. Seperti yang tercantum di dalam Al Quran, umat muslim diperintahkan untuk senantiasa mengkonsumsi makanan yang sehat dan halal. Sebelum memutuskan untuk berqurban, berbagai hal juga harus diperhatikan mulai dari memilih hewan qurban, proses pemotongan, hingga pembagian dagingnya.
Pertama-tama dalam membeli hewan qurban, pastikan bahwa hewan tersebut dalam keadaan sehat. Bisanya sehat tidaknya hewan dapat dilihat dari bentuk fisik hewan. Hewan yang sakit dapat membahayakan masyarakat yang nantinya menerima daging hewan tersebut.
Penjual yang baik, biasanya memeriksakan kondisi hewan qurban ke dokter hewan dari dinas peternakan. Oleh karena itu pilihlah kambing, domba atau sapi yang sudah melalui pemeriksaan dari dinas peternakan.
Selain itu, selama hewan belum disembelih, hewan harus memperoleh perlakuan yang baik. Seperti diberi tempat yang layak, makanan yang cukup, serta perlakuan lainnya. Pada malam menjelang disembelih, sebaiknya hewan tidak perlu diberi makanan lagi, cukup diberi minum saja. Hewan juga harus dimandikan dengan bersih agar kulit hewan tidak terkena kotoran.
Dalam Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor 12 tahun 2009 tentang Standar Penyembelihan Hewan, menyebutkan bahwa seorang penyembelih hewan harus beragama Islam. Selain itu juga sudah akil baligh, memahami tata cara penyembelihan secara syar'i, serta memiliki keahlian dalam penyembelihan.
Tempat menyembelih hewan harus dibersihkan dari segala macam kotoran. Jika di tanah, berilah plastik terpal, agar pada saat disembelih hewan tetap bersih. Lubang penampung darah dibuat cukup, agar darah tidak tercecer kemana-mana. Darah yang tercecer menyebabkan bau yang tidak sedap sekaligus sebagai tempat perkembangbiakan bakteri berbahaya.
Adapun standar proses penyembelihannya, dilaksanakan dengan niat menyembelih dan menyebut asma Allah. Penyembelihan dilakukan dengan mengalirkan darah melalui pemotongan saluran makanan (mari'/esophagus), saluran pernafasan/tenggorokan (hulqum/trachea), dan dua pembuluh darah (wadajain/vena jugularis dan arteri carotids).
Proses tersebut harus dilakukan dengan satu kali dan secara cepat. Kemudian memastikan adanya aliran darah dan/atau gerakan hewan sebagai tanda hidupnya hewan (hayah mustaqirrah), sehingga matinya hewan diyakini disebabkan oleh penyembelihan tersebut.
Setelah hewan disembelih, sebaiknya digantung. Namun karena peralatan yang digunakan oleh pemotongan perorangan seringkali tidak memadai, hewan sebaiknya diangkat dari tempat penyembelihan dan diletakan pada terpal plastik yang bersih. Semua pekerja harus mencuci kakinya. Jika lokasinya di lantai semen, sepatu atau sandal pekerja harus dicuci.
Selama menguliti hewan, sebaiknya pekerja tidak merokok atau makan, agar daging tidak tercemar. Setelah dikuliti dan dipotong besar-besar pindahkan bagian tubuh tadi ke ruang pembagian daging dengan memindah tanpa pekerja masuk ke dalam ruang ini. Biarlah pekerja khusus yang mengerjakan.
(Sumber: LPPOM MUI)
Waspadai Kram Jantung Saat Olahraga
Olahraga
seperti sepakbola, futsal, badminton, tenis, lari atletik termasuk
contoh olahraga keras karena mempunyai gerakan-gerakan eksplosif yang
bisa cepat menaikkan denyut nadi. Agar tidak menimbulkan bahaya pada
tubuh sesuaikan olahraga tersebut dengan dosis dan umur Anda.
Dokter olahraga yang sudah malang melintang menangani PSSI dan KONI DR med Suhantoro SpKO FACSM (K) mengatakan olahraga bisa menimbulkan masalah jika dilakukan tidak sesuai dosis, jenis olahraga dan umur.
“Orang banyak yang mengabaikan soal dosis olahraga yang aman sesuai umur, sehingga banyak kasus orang yang meninggal setelah olahraga,” kata DR Suhantoro dalam perbincangannya dengan detikHealth, Kamis (5/7/2012).
Ketika orang masih berusia 20-25 tahun atau sampai maksimal 30 tahun, tubuh masih bisa melakukan kompensasi terhadap kegiatan olahraga yang berat.
Tapi ketika usia seseorang sudah di atas 30 tahun maka orang perlu mengetahui dosis dan jenis olahraga yang aman sesuai usianya.
Saat berolahraga, kata DR Suhantoro, detak jantung, tekanan darah sistolik (atas), dan cardiac output (jumlah darah yang dipompa per denyut jantung) semua mengalami peningkatan.
Aliran darah ke jantung, otot, dan kulit juga meningkat. Akibatnya, metabolisme tubuh menjadi lebih aktif memproduksi CO2 (karbondioksida/oksida asam) dan H+ (ion proton) pada otot.
Akhirnya orang akan bernapas lebih cepat dan lebih dalam untuk memasok oksigen lebih banyak karena metabolisme yang meningkat ini. Tapi olahraga berat itu membuat metabolisme tubuh tidak bisa lagi hanya mengandalkan pasokan oksigen tapi menggunakan proses biokimia.
Proses biokimia ini menghasilkan asam laktat yang kemudian memasuki aliran darah. Penumpukan asam laktat ini akan membuat tubuh merasa capek saat olahraga. Kadar oksigen juga menurun akibat penumpukan karbondioksida dalam darah. Jika oksigen turun maka sel-sel tubuh akan mati.
“Jadi ada miliaran darah mati saat orang berolahraga, karena saat olahraga tubuh orang akan menjadi asam, Ph akan menjadi sekitar 6,7-6,8. Padahal tubuh itu harus dalam kondisi basa yaitu Ph 7,” ungkap DR Suhantoro.
Ada ancaman kematian jika Ph tubuh saat olahraga akibat kecapekan mencapai Ph 6,3. Inilah yang menyebabkan terjadi kram otot dan kram jantung yang membuat banyak orang terkena serangan jantung setelah berolahraga.
Tubuh perlu waktu sekitar 30 menit untuk menetralkan asam ini dengan cara istirahat. “Maka itu jika tubuh sudah ngos-ngosan sebaiknya istirahat dulu, jangan dipaksakan berlari terus ini untuk recovery,” kata dokter Suhantoro yang kini berusia 67 tahun.
Bagaimana dosis olahraga yang aman?
Menurut DR Suhantoro cara yang aman adalah mengukur denyut nadi maksimal (DNM). DNM adalah denyut nadi maksimal yang dihitung berdasarkan rumusan DNM = 220 – Umur, kemudian dikalikan dengan intensitas membakar lemak 60-70 persen DNM.
DR Suhantoro mencontohkan orang yang berusia 40 tahun maka DNM saat ia berolahraga adalah 220 – 40 = 180. Kemudian angka 180 dikalikan dengan 60 persen untuk batas ringan dan 70 persen untuk batas atas yang hasilnya 108-126 per menit.
Dengan mengetahui denyut nadi tersebut, maka orang yang berusia 40 tahun harus berhenti sejenak dari olahraganya ketika denyut nadinya sudah melampaui 126 per menit. Jika masih dipaksakan yang terjadi adalah kram jantung yang membuat serangan jantung.
Untuk menghitung denyut jantung bisa dengan cara menghitung nadi di dekat tangan atau yang lebih praktis memakai jam yang ada detak jantungnya.
“Sekali lagi perlu diperhatikan kondisi denyut jantung saat berolahraga jangan sampai melebihi batas maksimal yang bisa membahayakan jantung,” ingat Dr Suhantoro.
Jika sudah merasa melampaui dosis saat lari di futsal misalnya, berikan saja bola-bola itu ke orang lain yang masih kuat. Satu lagi saat istirahat minumlah air dengan suhu 15-16 derajat atau minuman manisdengan kadar gula 2,5-5 persen. “Minuman yang terlalu dingin akan sulit diabsorb tubuh karena suhu tubuh setelah olahraga sedang dalam kondisi panas,” jelasnya.(Ikatan Dokter Indonesia)
Sumber: http://www.facebook.com/photo.php?fbid=155570837919071&set=a.111508672325288.16394.100003984687022&type=1
Dokter olahraga yang sudah malang melintang menangani PSSI dan KONI DR med Suhantoro SpKO FACSM (K) mengatakan olahraga bisa menimbulkan masalah jika dilakukan tidak sesuai dosis, jenis olahraga dan umur.
“Orang banyak yang mengabaikan soal dosis olahraga yang aman sesuai umur, sehingga banyak kasus orang yang meninggal setelah olahraga,” kata DR Suhantoro dalam perbincangannya dengan detikHealth, Kamis (5/7/2012).
Ketika orang masih berusia 20-25 tahun atau sampai maksimal 30 tahun, tubuh masih bisa melakukan kompensasi terhadap kegiatan olahraga yang berat.
Tapi ketika usia seseorang sudah di atas 30 tahun maka orang perlu mengetahui dosis dan jenis olahraga yang aman sesuai usianya.
Saat berolahraga, kata DR Suhantoro, detak jantung, tekanan darah sistolik (atas), dan cardiac output (jumlah darah yang dipompa per denyut jantung) semua mengalami peningkatan.
Aliran darah ke jantung, otot, dan kulit juga meningkat. Akibatnya, metabolisme tubuh menjadi lebih aktif memproduksi CO2 (karbondioksida/oksida asam) dan H+ (ion proton) pada otot.
Akhirnya orang akan bernapas lebih cepat dan lebih dalam untuk memasok oksigen lebih banyak karena metabolisme yang meningkat ini. Tapi olahraga berat itu membuat metabolisme tubuh tidak bisa lagi hanya mengandalkan pasokan oksigen tapi menggunakan proses biokimia.
Proses biokimia ini menghasilkan asam laktat yang kemudian memasuki aliran darah. Penumpukan asam laktat ini akan membuat tubuh merasa capek saat olahraga. Kadar oksigen juga menurun akibat penumpukan karbondioksida dalam darah. Jika oksigen turun maka sel-sel tubuh akan mati.
“Jadi ada miliaran darah mati saat orang berolahraga, karena saat olahraga tubuh orang akan menjadi asam, Ph akan menjadi sekitar 6,7-6,8. Padahal tubuh itu harus dalam kondisi basa yaitu Ph 7,” ungkap DR Suhantoro.
Ada ancaman kematian jika Ph tubuh saat olahraga akibat kecapekan mencapai Ph 6,3. Inilah yang menyebabkan terjadi kram otot dan kram jantung yang membuat banyak orang terkena serangan jantung setelah berolahraga.
Tubuh perlu waktu sekitar 30 menit untuk menetralkan asam ini dengan cara istirahat. “Maka itu jika tubuh sudah ngos-ngosan sebaiknya istirahat dulu, jangan dipaksakan berlari terus ini untuk recovery,” kata dokter Suhantoro yang kini berusia 67 tahun.
Bagaimana dosis olahraga yang aman?
Menurut DR Suhantoro cara yang aman adalah mengukur denyut nadi maksimal (DNM). DNM adalah denyut nadi maksimal yang dihitung berdasarkan rumusan DNM = 220 – Umur, kemudian dikalikan dengan intensitas membakar lemak 60-70 persen DNM.
DR Suhantoro mencontohkan orang yang berusia 40 tahun maka DNM saat ia berolahraga adalah 220 – 40 = 180. Kemudian angka 180 dikalikan dengan 60 persen untuk batas ringan dan 70 persen untuk batas atas yang hasilnya 108-126 per menit.
Dengan mengetahui denyut nadi tersebut, maka orang yang berusia 40 tahun harus berhenti sejenak dari olahraganya ketika denyut nadinya sudah melampaui 126 per menit. Jika masih dipaksakan yang terjadi adalah kram jantung yang membuat serangan jantung.
Untuk menghitung denyut jantung bisa dengan cara menghitung nadi di dekat tangan atau yang lebih praktis memakai jam yang ada detak jantungnya.
“Sekali lagi perlu diperhatikan kondisi denyut jantung saat berolahraga jangan sampai melebihi batas maksimal yang bisa membahayakan jantung,” ingat Dr Suhantoro.
Jika sudah merasa melampaui dosis saat lari di futsal misalnya, berikan saja bola-bola itu ke orang lain yang masih kuat. Satu lagi saat istirahat minumlah air dengan suhu 15-16 derajat atau minuman manisdengan kadar gula 2,5-5 persen. “Minuman yang terlalu dingin akan sulit diabsorb tubuh karena suhu tubuh setelah olahraga sedang dalam kondisi panas,” jelasnya.(Ikatan Dokter Indonesia)
Sumber: http://www.facebook.com/photo.php?fbid=155570837919071&set=a.111508672325288.16394.100003984687022&type=1
Jumat, 05 Oktober 2012
Wanita yang Selalu Berbicara dengan Al-Qur'an
Berkata Abdullah bin Mubarak
Rahimahullahu Ta’ala : Saya berangkat menunaikan Haji
ke Baitullah Al-Haram, lalu berziarah ke makam Rasulullah
saw. Ketika saya berada disuatu sudut jalan, tiba-tiba saya
melihat sesosok tubuh berpakaian yang dibuat dari bulu.
Ia adalah seorang ibu yang sudah tua. Saya berhenti
sejenak seraya mengucapkan salam untuknya. Terjadilah
dialog dengannya beberapa saat.
Dalam dialog tersebut wanita tua itu , setiap kali
menjawab pertanyaan Abdulah bin Mubarak, dijawab
dengan menggunakan ayat-ayat Al-Qur’an. Walaupun
jawabannya tidak tepat sekali, akan tetapi cukup
memuaskan, karena tidak terlepas dari konteks pertanyaan
yang diajukan kepadanya.
Abdullah : “Assalamu’alaikum warahmatullahi
wabarakaatuh.” Wanita tua : “Salaamun qoulan min robbi
rohiim.” (QS. Yaasin : 58) (“Salam sebagai ucapan dari
Tuhan Maha Kasih”)
Abdullah : “Semoga Allah merahmati anda, mengapa anda
berada di tempat ini?”
Wanita tua : “Wa man yudhlilillahu fa la hadiyalahu.” (QS :
Al-A’raf : 186 ) (“Barang siapa disesatkan Allah, maka tiada
petunjuk baginya”)
Dengan jawaban ini, maka tahulah saya, bahwa ia tersesat
jalan.
Abdullah : “Kemana anda hendak pergi?” Wanita tua :
“Subhanalladzi asra bi ‘abdihi lailan minal masjidil haraami
ilal masjidil aqsa.” (QS. Al-Isra’ : 1) (“Maha suci Allah yang
telah menjalankan hambanya di waktu malam dari masjid
haram ke masjid aqsa”)
Dengan jawaban ini saya jadi mengerti bahwa ia sedang
mengerjakan haji dan hendak menuju ke masjidil Aqsa.
Abdullah : “Sudah berapa lama anda berada di sini?”
Wanita tua : “Tsalatsa layaalin sawiyya” (QS. Maryam : 10)
(“Selama tiga malam dalam keadaan sehat”)
Abdullah : “Apa yang anda makan selama dalam
perjalanan?”
Wanita tua : “Huwa yut’imuni wa yasqiin.” (QS. As-
syu’ara’ : 79) (“Dialah pemberi aku makan dan minum”)
Abdullah : “Dengan apa anda melakukan wudhu?” Wanita
tua : “Fa in lam tajidu maa-an fatayammamu sha’idan
thoyyiban” (QS. Al-Maidah : 6) (“Bila tidak ada air
bertayamum dengan tanah yang bersih”)
Abdulah : “Saya mempunyai sedikit makanan, apakah
anda mau menikmatinya?”
Wanita tua : “Tsumma atimmus shiyaama ilallaiil.” (QS. Al-
Baqarah : 187) (“Kemudian sempurnakanlah puasamu
sampai malam”)
Abdullah : “Sekarang bukan bulan Ramadhan, mengapa
anda berpuasa?”
Wanita tua : “Wa man tathawwa’a khairon fa innallaaha
syaakirun ‘aliim.” (QS. Al-Baqarah : 158) (“Barang siapa
melakukan sunnah lebih baik”)
Abdullah : “Bukankah diperbolehkan berbuka ketika
musafir?”
Wanita tua : “Wa an tashuumuu khoirun lakum in kuntum
ta’lamuun.” (QS. Al-Baqarah : 184) (“Dan jika kamu puasa
itu lebih utama, jika kamu mengetahui”)
Abdullah : “Mengapa anda tidak menjawab sesuai dengan
pertanyaan saya?”
Wanita tua : “Maa yalfidhu min qoulin illa ladaihi roqiibun
‘atiid.” (QS. Qaf : 18) (“Tiada satu ucapan yang diucapkan,
kecuali padanya ada Raqib Atid”)
Abdullah : “Anda termasuk jenis manusia yang manakah,
hingga bersikap seperti itu?”
Wanita tua : “Wa la taqfu ma laisa bihi ilmun. Inna sam’a
wal bashoro wal fuaada, kullu ulaaika kaana ‘anhu
mas’ula.” (QS. Al-Isra’ : 36) (“Jangan kamu ikuti apa yang
tidak kamu ketahui, karena pendengaran, penglihatan dan
hati, semua akan dipertanggung jawabkan”)
Abdullah : “Saya telah berbuat salah, maafkan saya.”
Wanita tua : “Laa tastriiba ‘alaikumul yauum, yaghfirullahu
lakum.” (QS.Yusuf : 92) (“Pada hari ini tidak ada cercaan
untuk kamu, Allah telah mengampuni kamu”)
Abdullah : “Bolehkah saya mengangkatmu untuk naik ke
atas untaku ini untuk melanjutkan perjalanan, karena anda
akan menjumpai kafilah yang di depan.”
Wanita tua : “Wa maa taf’alu min khoirin
ya’lamhullah.” (QS Al-Baqoroh : 197) (“Barang siapa
mengerjakan suatu kebaikan, Allah mengetahuinya”)
Lalu wanita tua ini berpaling dari untaku, sambil
berkata :”Qul lil mu’miniina yaghdudhu min
abshoorihim.” (QS. An-Nur : 30) (“Katakanlah pada orang-
orang mukminin tundukkan pandangan mereka”)
Maka saya pun memejamkan pandangan saya, sambil
mempersilahkan ia mengendarai untaku. Tetapi tiba-tiba
terdengar sobekan pakaiannya, karena unta itu terlalu
tinggi baginya. Wanita itu berucap :
“Wa maa ashobakum min mushibatin fa bimaa kasabat
aidiikum.” (QS. Asy-Syura’ 30) (“Apa saja yang menimpa
kamu disebabkan perbuatanmu sendiri”)
Abdullah : “Sabarlah sebentar, saya akan mengikatnya
terlebih dahulu.”
Wanita tua : “Fa fahhamnaaha sulaiman.” (QS. Anbiya’ 79)
(“Maka kami telah memberi pemahaman pada nabi
Sulaiman”)
Selesai mengikat unta itu sayapun mempersilahkan wanita
tua itu naik.
Abdullah : “Silahkan naik sekarang.”
Wanita tua : “Subhaanalladzi sakhkhoro lana hadza wa ma
kunna lahu muqriniin, wa inna ila robbinaa
munqolibuun.” (QS. Az-Zukhruf : 13-14) (“Maha suci
Tuhan yang telah menundukkan semua ini pada kami
sebelumnya tidak mampu menguasainya. Sesungguhnya
kami akan kembali pada tuhan kami”)
Sayapun segera memegang tali unta itu dan melarikannya
dengan sangat kencang. Wanita itu berkata :
“Waqshid fi masyika waghdud min shoutik” (QS. Lukman :
19) (“Sederhanakan jalanmu dan lunakkanlah suaramu”)
Lalu jalannya unta itu saya perlambat, sambil
mendendangkan beberapa syair, Wanita tua itu berucap :
“Faqraa-u maa tayassara minal qur’aan” (QS. Al-
Muzammil : 20) (“Bacalah apa-apa yang mudah dari Al-
Qur’an”)
Abdullah : “Sungguh anda telah diberi kebaikan yang
banyak.”
Wanita tua : “Wa maa yadzdzakkaru illa uulul albaab.” (QS
Al-Baqoroh : 269) (“Dan tidaklah mengingat Allah itu
kecuali orang yang berilmu”)
Dalam perjalanan itu saya bertanya kepadanya : “Apakah
anda mempunyai suami?”
Wanita tua : “Laa tas-alu ‘an asy ya-a in tubda lakum
tasu’kum” (QS. Al-Maidah : 101) (“Jangan kamu
menanyakan sesuatu, jika itu akan menyusahkanmu”)
Ketika berjumpa dengan kafilah di depan kami, saya
bertanya : “Adakah orang anda berada dalam kafilah itu?”
Wanita tua : “Al-maalu wal banuuna zinatul hayatid
dunya.” (QS. Al-Kahfi : 46) (“Adapun harta dan anak-anak
adalah perhiasan hidup di dunia”)
Baru saya mengerti bahwa ia juga mempunyai anak.
Abdullah : “Bagaimana keadaan mereka dalam perjalanan
ini?”
Wanita tua : “Wa alaamatin wabin najmi hum
yahtaduun” (QS. An-Nahl : 16) (“Dengan tanda bintang-
bintang mereka mengetahui petunjuk”)
Dari jawaban ini dapat saya fahami bahwa mereka datang
mengerjakan ibadah haji mengikuti beberapa petunjuk.
Kemudian bersama wanita tua ini saya menuju
perkemahan.
Abdullah : “Adakah orang yang akan kenal atau keluarga
dalam kemah ini?”
Wanita tua : “Wattakhodzallahu ibrohima khalilan” (QS. An-
Nisa’ : 125) (“Kami jadikan ibrahim itu sebagai yang
dikasihi”)
“Wakallamahu musa takliima” (QS. An-Nisa’ : 146) (“Dan
Allah berkata-kata kepada Musa”)
“Ya yahya khudil kitaaba biquwwah” (QS. Maryam : 12)
(“Wahai Yahya pelajarilah alkitab itu sungguh-sungguh”)
Lalu saya memanggil nama-nama, ya Ibrahim, ya Musa, ya
Yahya, maka keluarlah anak-anak muda yang bernama
tersebut. Wajah mereka tampan dan ceria, seperti bulan
yang baru muncul. Setelah tiga anak ini datang dan duduk
dengan tenang maka berkatalah wanita itu.
Wanita tua : “Fab’atsu ahadaku bi warikikum hadzihi ilal
madiinati falyandzur ayyuha azkaa tho’aaman fal ya’tikum
bi rizkin minhu.” (QS. Al-Kahfi : 19) (“Maka suruhlah salah
seorang dari kamu pergi ke kota dengan membawa uang
perak ini, dan carilah makanan yang lebih baik agar ia
membawa makanan itu untukmu”)
Maka salah seorang dari tiga anak ini pergi untuk membeli
makanan, lalu menghidangkan di hadapanku, lalu
perempuan tua itu berkata :”Kuluu wasyrobuu hanii’an
bima aslaftum fil ayyamil kholiyah” (QS. Al-Haqqah : 24)
(“Makan dan minumlah kamu dengan sedap, sebab amal-
amal yang telah kamu kerjakan di hari-hari yang telah
lalu”)
Abdullah : “Makanlah kalian semuanya makanan ini. Aku
belum akan memakannya sebelum kalian mengatakan
padaku siapakah perempuan ini sebenarnya.”
Ketiga anak muda ini secara serempak berkata : “Beliau
adalah orang tua kami. Selama empat puluh tahun beliau
hanya berbicara mempergunakan ayat-ayat Al-Qur’an,
karena kuatir salah bicara.”
Maha suci zat yang maha kuasa terhadap sesuatu yang
dikehendakinya. Akhirnya saya pun berucap : “Fadhluhu
yu’tihi man yasyaa’ Wallaahu dzul fadhlil adhiim.” (QS. Al-
Hadid : 21) (“Karunia Allah yang diberikan kepada orang
yang dikehendakinya, Allah adalah pemberi karunia yang
besar”)
[Diambil dari kitab Misi Suci Para Sufi, Sayyid Abubakar bin
Muhammad Syatha, hal. 161-168]
Rating: 6.0/10 (20 votes cast)
Sumber : www.Akhwatmuslimah.com
Ia adalah seorang ibu yang sudah tua. Saya berhenti
sejenak seraya mengucapkan salam untuknya. Terjadilah
dialog dengannya beberapa saat.
Dalam dialog tersebut wanita tua itu , setiap kali
menjawab pertanyaan Abdulah bin Mubarak, dijawab
dengan menggunakan ayat-ayat Al-Qur’an. Walaupun
jawabannya tidak tepat sekali, akan tetapi cukup
memuaskan, karena tidak terlepas dari konteks pertanyaan
yang diajukan kepadanya.
Abdullah : “Assalamu’alaikum warahmatullahi
wabarakaatuh.” Wanita tua : “Salaamun qoulan min robbi
rohiim.” (QS. Yaasin : 58) (“Salam sebagai ucapan dari
Tuhan Maha Kasih”)
Abdullah : “Semoga Allah merahmati anda, mengapa anda
berada di tempat ini?”
Wanita tua : “Wa man yudhlilillahu fa la hadiyalahu.” (QS :
Al-A’raf : 186 ) (“Barang siapa disesatkan Allah, maka tiada
petunjuk baginya”)
Dengan jawaban ini, maka tahulah saya, bahwa ia tersesat
jalan.
Abdullah : “Kemana anda hendak pergi?” Wanita tua :
“Subhanalladzi asra bi ‘abdihi lailan minal masjidil haraami
ilal masjidil aqsa.” (QS. Al-Isra’ : 1) (“Maha suci Allah yang
telah menjalankan hambanya di waktu malam dari masjid
haram ke masjid aqsa”)
Dengan jawaban ini saya jadi mengerti bahwa ia sedang
mengerjakan haji dan hendak menuju ke masjidil Aqsa.
Abdullah : “Sudah berapa lama anda berada di sini?”
Wanita tua : “Tsalatsa layaalin sawiyya” (QS. Maryam : 10)
(“Selama tiga malam dalam keadaan sehat”)
Abdullah : “Apa yang anda makan selama dalam
perjalanan?”
Wanita tua : “Huwa yut’imuni wa yasqiin.” (QS. As-
syu’ara’ : 79) (“Dialah pemberi aku makan dan minum”)
Abdullah : “Dengan apa anda melakukan wudhu?” Wanita
tua : “Fa in lam tajidu maa-an fatayammamu sha’idan
thoyyiban” (QS. Al-Maidah : 6) (“Bila tidak ada air
bertayamum dengan tanah yang bersih”)
Abdulah : “Saya mempunyai sedikit makanan, apakah
anda mau menikmatinya?”
Wanita tua : “Tsumma atimmus shiyaama ilallaiil.” (QS. Al-
Baqarah : 187) (“Kemudian sempurnakanlah puasamu
sampai malam”)
Abdullah : “Sekarang bukan bulan Ramadhan, mengapa
anda berpuasa?”
Wanita tua : “Wa man tathawwa’a khairon fa innallaaha
syaakirun ‘aliim.” (QS. Al-Baqarah : 158) (“Barang siapa
melakukan sunnah lebih baik”)
Abdullah : “Bukankah diperbolehkan berbuka ketika
musafir?”
Wanita tua : “Wa an tashuumuu khoirun lakum in kuntum
ta’lamuun.” (QS. Al-Baqarah : 184) (“Dan jika kamu puasa
itu lebih utama, jika kamu mengetahui”)
Abdullah : “Mengapa anda tidak menjawab sesuai dengan
pertanyaan saya?”
Wanita tua : “Maa yalfidhu min qoulin illa ladaihi roqiibun
‘atiid.” (QS. Qaf : 18) (“Tiada satu ucapan yang diucapkan,
kecuali padanya ada Raqib Atid”)
Abdullah : “Anda termasuk jenis manusia yang manakah,
hingga bersikap seperti itu?”
Wanita tua : “Wa la taqfu ma laisa bihi ilmun. Inna sam’a
wal bashoro wal fuaada, kullu ulaaika kaana ‘anhu
mas’ula.” (QS. Al-Isra’ : 36) (“Jangan kamu ikuti apa yang
tidak kamu ketahui, karena pendengaran, penglihatan dan
hati, semua akan dipertanggung jawabkan”)
Abdullah : “Saya telah berbuat salah, maafkan saya.”
Wanita tua : “Laa tastriiba ‘alaikumul yauum, yaghfirullahu
lakum.” (QS.Yusuf : 92) (“Pada hari ini tidak ada cercaan
untuk kamu, Allah telah mengampuni kamu”)
Abdullah : “Bolehkah saya mengangkatmu untuk naik ke
atas untaku ini untuk melanjutkan perjalanan, karena anda
akan menjumpai kafilah yang di depan.”
Wanita tua : “Wa maa taf’alu min khoirin
ya’lamhullah.” (QS Al-Baqoroh : 197) (“Barang siapa
mengerjakan suatu kebaikan, Allah mengetahuinya”)
Lalu wanita tua ini berpaling dari untaku, sambil
berkata :”Qul lil mu’miniina yaghdudhu min
abshoorihim.” (QS. An-Nur : 30) (“Katakanlah pada orang-
orang mukminin tundukkan pandangan mereka”)
Maka saya pun memejamkan pandangan saya, sambil
mempersilahkan ia mengendarai untaku. Tetapi tiba-tiba
terdengar sobekan pakaiannya, karena unta itu terlalu
tinggi baginya. Wanita itu berucap :
“Wa maa ashobakum min mushibatin fa bimaa kasabat
aidiikum.” (QS. Asy-Syura’ 30) (“Apa saja yang menimpa
kamu disebabkan perbuatanmu sendiri”)
Abdullah : “Sabarlah sebentar, saya akan mengikatnya
terlebih dahulu.”
Wanita tua : “Fa fahhamnaaha sulaiman.” (QS. Anbiya’ 79)
(“Maka kami telah memberi pemahaman pada nabi
Sulaiman”)
Selesai mengikat unta itu sayapun mempersilahkan wanita
tua itu naik.
Abdullah : “Silahkan naik sekarang.”
Wanita tua : “Subhaanalladzi sakhkhoro lana hadza wa ma
kunna lahu muqriniin, wa inna ila robbinaa
munqolibuun.” (QS. Az-Zukhruf : 13-14) (“Maha suci
Tuhan yang telah menundukkan semua ini pada kami
sebelumnya tidak mampu menguasainya. Sesungguhnya
kami akan kembali pada tuhan kami”)
Sayapun segera memegang tali unta itu dan melarikannya
dengan sangat kencang. Wanita itu berkata :
“Waqshid fi masyika waghdud min shoutik” (QS. Lukman :
19) (“Sederhanakan jalanmu dan lunakkanlah suaramu”)
Lalu jalannya unta itu saya perlambat, sambil
mendendangkan beberapa syair, Wanita tua itu berucap :
“Faqraa-u maa tayassara minal qur’aan” (QS. Al-
Muzammil : 20) (“Bacalah apa-apa yang mudah dari Al-
Qur’an”)
Abdullah : “Sungguh anda telah diberi kebaikan yang
banyak.”
Wanita tua : “Wa maa yadzdzakkaru illa uulul albaab.” (QS
Al-Baqoroh : 269) (“Dan tidaklah mengingat Allah itu
kecuali orang yang berilmu”)
Dalam perjalanan itu saya bertanya kepadanya : “Apakah
anda mempunyai suami?”
Wanita tua : “Laa tas-alu ‘an asy ya-a in tubda lakum
tasu’kum” (QS. Al-Maidah : 101) (“Jangan kamu
menanyakan sesuatu, jika itu akan menyusahkanmu”)
Ketika berjumpa dengan kafilah di depan kami, saya
bertanya : “Adakah orang anda berada dalam kafilah itu?”
Wanita tua : “Al-maalu wal banuuna zinatul hayatid
dunya.” (QS. Al-Kahfi : 46) (“Adapun harta dan anak-anak
adalah perhiasan hidup di dunia”)
Baru saya mengerti bahwa ia juga mempunyai anak.
Abdullah : “Bagaimana keadaan mereka dalam perjalanan
ini?”
Wanita tua : “Wa alaamatin wabin najmi hum
yahtaduun” (QS. An-Nahl : 16) (“Dengan tanda bintang-
bintang mereka mengetahui petunjuk”)
Dari jawaban ini dapat saya fahami bahwa mereka datang
mengerjakan ibadah haji mengikuti beberapa petunjuk.
Kemudian bersama wanita tua ini saya menuju
perkemahan.
Abdullah : “Adakah orang yang akan kenal atau keluarga
dalam kemah ini?”
Wanita tua : “Wattakhodzallahu ibrohima khalilan” (QS. An-
Nisa’ : 125) (“Kami jadikan ibrahim itu sebagai yang
dikasihi”)
“Wakallamahu musa takliima” (QS. An-Nisa’ : 146) (“Dan
Allah berkata-kata kepada Musa”)
“Ya yahya khudil kitaaba biquwwah” (QS. Maryam : 12)
(“Wahai Yahya pelajarilah alkitab itu sungguh-sungguh”)
Lalu saya memanggil nama-nama, ya Ibrahim, ya Musa, ya
Yahya, maka keluarlah anak-anak muda yang bernama
tersebut. Wajah mereka tampan dan ceria, seperti bulan
yang baru muncul. Setelah tiga anak ini datang dan duduk
dengan tenang maka berkatalah wanita itu.
Wanita tua : “Fab’atsu ahadaku bi warikikum hadzihi ilal
madiinati falyandzur ayyuha azkaa tho’aaman fal ya’tikum
bi rizkin minhu.” (QS. Al-Kahfi : 19) (“Maka suruhlah salah
seorang dari kamu pergi ke kota dengan membawa uang
perak ini, dan carilah makanan yang lebih baik agar ia
membawa makanan itu untukmu”)
Maka salah seorang dari tiga anak ini pergi untuk membeli
makanan, lalu menghidangkan di hadapanku, lalu
perempuan tua itu berkata :”Kuluu wasyrobuu hanii’an
bima aslaftum fil ayyamil kholiyah” (QS. Al-Haqqah : 24)
(“Makan dan minumlah kamu dengan sedap, sebab amal-
amal yang telah kamu kerjakan di hari-hari yang telah
lalu”)
Abdullah : “Makanlah kalian semuanya makanan ini. Aku
belum akan memakannya sebelum kalian mengatakan
padaku siapakah perempuan ini sebenarnya.”
Ketiga anak muda ini secara serempak berkata : “Beliau
adalah orang tua kami. Selama empat puluh tahun beliau
hanya berbicara mempergunakan ayat-ayat Al-Qur’an,
karena kuatir salah bicara.”
Maha suci zat yang maha kuasa terhadap sesuatu yang
dikehendakinya. Akhirnya saya pun berucap : “Fadhluhu
yu’tihi man yasyaa’ Wallaahu dzul fadhlil adhiim.” (QS. Al-
Hadid : 21) (“Karunia Allah yang diberikan kepada orang
yang dikehendakinya, Allah adalah pemberi karunia yang
besar”)
[Diambil dari kitab Misi Suci Para Sufi, Sayyid Abubakar bin
Muhammad Syatha, hal. 161-168]
Rating: 6.0/10 (20 votes cast)
Sumber : www.Akhwatmuslimah.com
Ternyata Air Dapat Mendengar
"Dan Kami ciptakan dari air segala sesuatu yang hidup.” (Q.S. Al Anbiya:30). Dalam kitab-kitab tafsir klasik, ayat tadi diartikan bahwa tanpa air semua akan mati kehausan. Tetapi di Jepang, Dr. Masaru Emoto dari Universitas Yokohama dengan tekun melakukan penelitian tentang perilaku air.
Air murni dari mata air di Pulau Honshu didoakan secara agama Shinto, lalu didinginkan sampai -5oC di laboratorium, lantas difoto dengan mikroskop elektron dengan kamera kecepatan tinggi. Ternyata molekul air membentuk kristal segi enam yang indah. Percobaan diulangi dengan membacakan kata, “Arigato (terima kasih dalam bahasa Jepang)” di depan botol air tadi. Kristal kembali membentuk sangat indah. Lalu dicoba dengan menghadapkan tulisan huruf Jepang, “Arigato”. Kristal membentuk dengan keindahan yang sama. Selanjutnya ditunjukkan kata “setan”, kristal berbentuk buruk. Diputarkan musik Symphony Mozart, kristal muncul berbentuk bunga. Ketika musik heavy metal diperdengarkan, kristal hancur.
Ketika 500 orang berkonsentrasi memusatkan pesan “peace” di depan sebotol air, kristal air tadi mengembang bercabang-cabang dengan indahnya. Dan ketika dicoba dibacakan doa Islam, kristal bersegi enam dengan lima cabang daun muncul berkilauan. Subhanallah.
Dr. Emoto akhirnya berkeliling dunia melakukan percobaan dengan air di Swiss, Berlin, Prancis, Palestina, dan ia kemudian diundang ke Markas Besar PBB di New York untuk mempresentasikan temuannya pada bulan Maret 2005 lalu. Ternyata air bisa “mendengar” kata-kata, bisa “membaca” tulisan, dan bisa “mengerti” pesan. Dalam bukunya The Hidden Message in Water, Dr. Masaru Emoto menguraikan bahwa air bersifat bisa merekam pesan, seperti pita magnetik atau compact disk.
Semakin kuat konsentrasi pemberi pesan, semakin dalam pesan tercetak di air. Air bisa mentransfer pesan tadi melalui molekul air yang lain. Barangkali temuan ini bisa menjelaskan, kenapa air putih yang didoakan bisa menyembuhkan si sakit.
Tubuh manusia memang 75% terdiri atas air. Otak 74,5% air. Darah 82% air. Tulang yang keras pun mengandung 22% air. Air putih galon di rumah, bisa setiap hari didoakan dengan khusyu kepada Allah, agar anak yang meminumnya saleh, sehat, dan cerdas, dan agar suami yang meminum tetap setia. Air tadi akan berproses di tubuh meneruskan pesan kepada air di otak dan pembuluh darah. Dengan izin Allah, pesan tadi akan dilaksanakan tubuh tanpa kita sadari. Bila air minum di suatu kota didoakan dengan serius untuk kesalehan, insya Allah semua penduduk yang meminumnya akan menjadi baik dan tidak beringas.
Rasulullah saw. bersabda, “Zamzam lima syuriba lahu”, “Air zamzam akan melaksanakan pesan dan niat yang meminumnya”. Barangsiapa minum supaya kenyang, dia akan kenyang. Barangsiapa minum untuk menyembuhkan sakit, dia akan sembuh. Subhanallah … Pantaslah air zamzam begitu berkhasiat karena dia menyimpan pesan doa jutaan manusia selama ribuan tahun sejak Nabi Ibrahim a.s.
Bila kita renungkan berpuluh ayat Al Quran tentang air, kita akan tersentak bahwa Allah rupanya selalu menarik perhatian kita kepada air.
Seorang ilmuwan Jepang telah merintis. Ilmuwan muslim harus melanjutkan kajian kehidupan ini berdasarkan Al Quran dan hadits.
Wallahu a’lam bishshawab … :)
Langganan:
Postingan (Atom)